Thursday, December 30, 2010

Mas Pri dan Mbak Nita : Episode Rokok

0 comments

Percakapan sebelum makan siang.
Mbak Nita: “Mas Pri, beberapa hari terakhir ini napasku sesak sekali.”
Mas Pri: “Kenapa? Mungkin karena kamu kebanyakan merokok itu. Agak dikurangin sedikit ya?”
Mbak Nita: “Iya Mas, mudah-mudahan aku gak kenapa-kenapa ya? O iya Mas, tolong Mas Pri kalau merokok jangan dekat-dekat aku dulu ya. Untuk sementara ini. Mas Pri ngerti kan maksudnya?”
Mas Pri: “Iya.”

Setelah makan siang, di meja makan.
Mas Pri: “Aku merokok disini boleh?”
Mbak Nita: (marah besar)“Kamu mau aku mati Mas? Baru saja aku minta kamu jangan merokok di dekat aku, sekarang kamu sengaja bertanya seperti itu!”
Mas Pri: “Kamu itu pemarah sekali. Aku tanya gitu aja langsung sewot. Emang gak bisa jawab baik-baik apa?”
Mbak Nita: (termenung dan mengelus dada)

Beberapa hari setelah percakapan itu. Sore dan hujan.
Mbak Nita: “Mas, kok sesak napasku gak ilang-ilang ya? Aku takut kena kanker paru-paru Mas.”
Mas Pri: “Hush! Kamu itu ngomongnya kok sembarangan. Memang bagaimana gejalanya?”
Mbak Nita: “Awalnya batuk-batuk yang gak berhenti-berhenti, trus sesak napas juga. Aku sih gak batuk, tapi kok sesak napas terus ya Mas?”
Mas Pri: “Ah, mungkin kamu stress kali, jadi sesak napas. Sudah, gak usah mikir macam-macam.”
Mbak Nita: “Mudah-mudahan cuma stress ya Mas.” (sambil menyalakan sebatang rokok)
Mas Pri: “Kamu ini. Sudah dibilang jangan merokok kok masih nekat!” (sambil merebut sebatang rokok itu dan melemparkannya jauh ke tong sampah)
Mbak Nita: “Abis semua disini pada merokok Mas, Mas Pri juga kan. Daripada aku jadi perokok pasif, mending aku merokok sekalian Mas.”
Mas Pri: “Aku janji gak merokok di dekat kamu kok.”

Saat makan pagi di warung makan.
Mbak Nita: “Mas Pri mau merokok ya?”
Mas Pri: “Iya.”
Mbak Nita: “Ya udah, aku keluar saja lah.”
Mas Pri: “Kamu merokok juga ya? Biar kamu gak perlu keluar.”
Mbak Nita: (menggeleng) “Aku gak kuat Mas.”
Mas Pri: “Ya sudah, kamu keluar aja sana. Aku mau merokok disini.”
Mbak Nita: (kecewa)


Selengkapnya...

Thursday, December 23, 2010

Tunjukkan Satu Bintang..

0 comments

tunjukkan satu bintang
Awalnya, aku tidak terlalu berharap padamu. Kau tawarkan padaku arti sebuah kebahagiaan, arti sebuah cinta, bahkan ketika kita belum pernah saling bertemu muka. Karena itulah aku menganggap semua katamu adalah omong kosong. Dan ketika semua seolah menjadi nyata, dengan penuh harapan, aku mau menerimamu sebagai kekasihku. Sejujurnya, banyak pihak yang meragukan akan keputusanku ini. Tetapi dengan semua semangatmu, kau yakinkan aku bahwa semua masalah yang terjadi akan bisa diatasi dengan saling pengertian. Dan aku percaya semua itu.

Beberapa bulan pertama semua keyakinanmu agak meragukanku. Ternyata kau sangat pencemburu, sifat yang sangat bertolak belakang dengan gaya hidupku. Kau tidak terlalu suka bila aku mempunyai banyak teman akrab yang berjenis kelamin laki-laki. Katamu itu sama saja tidak memahami perasaanku. Ya, aku mengerti, meski sejujurnya aku tidak terima dengan alasanmu. Toh mereka adalah temanku jauh sebelum aku kenal denganmu. Tetapi akhirnya aku terima, kalau memang ternyata sikapku ini melukaimu. Satu persatu aku mulai membatasi diri bergaul dengan teman-temanku, hanya karena aku tidak ingin beradu argument dengan kau. Meski akhirnya aku juga mengetahui jika kau juga berteman akrab dengan beberapa wanita. Dan ketika aku menuntutmu untuk membatasi pergaulanmu, dengan agak berdebat kau kemukakan alasan bahwa kau mengenal dia jauh sebelum mengenal aku dan sudah terbiasa ‘curhat’ dengan mereka. Dan kaupun minta putus.
Selengkapnya...

Wednesday, December 8, 2010

sahabatku..

0 comments

sahabatku..
Sahabatku..
 
Kepadamulah aku selalu berlari jika ada masalah yang menimpaku. Apapun masalahnya, entah masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah ekonomi, apalagi masalah yang berhubungan dengan perasaanku, aku pasti akan berlari menujumu. Aku akan merapat ke pelukmu.
 
Karena aku tau, engkau akan dengan suka cita menyambutku. Dengan kedua telingamu, yang akan setia mendengarkanku, dengan kedua matamu, yang akan selalu menatapku penuh kasih, dengan kedua tanganmu yang tak akan pernah berhenti mengusap air mataku yang selalu saja jatuh meski sudah berusaha ku tahan. Bahkan dengan kedua bahumu yang tak ragu memelukku ketika akhirnya aku terguncang. Dan yang tidak pernah ketinggalan dan selalu kau siap berikan kapan saja adalah hatimu. Hatimu yang tulus yang selalu menawarkan kejujuran.
Selengkapnya...

Friday, November 5, 2010

-Surat Biru-

0 comments

Namaku Biru..

Aku berumur 7 tahun.  Aku tinggal bersama Ayah dan Ibuku. Mereka sangat baik kepadaku. Jarang sekali mereka marah kepadaku, hanya sesekali ketika aku nakal. Ketika aku tidak mau menurut perkataan mereka. Tapi aku tau, aku selalu disayang dan dimanjakan oleh mereka.

Aku tidak punya kakak, dan juga tidak punya adik. Aku tidak tau kenapa. Padahal tiap hari aku sudah bertanya pada Ibu kapan aku punya adik. Aku merasa kesepian jika sedang di rumah. Tapi Ibu hanya tersenyum dan menyuruhku berdoa. Aku tidak tau jika adik terbuat dari sebuah doa. Karena Ibu yang berkata demikian, aku harus percaya. Maka, setiap hari aku selalu berdoa supaya aku punya adik suatu hari nanti.

Minjem gambarnya Divie
Aku suka sekali menggambar. Apa saja ingin aku gambar. Pesawat terbang, kapal laut, mobil, motor, sepeda, tank perang. Tapi aku tidak suka menggambar bunga. Aku bosan melihat teman-temanku suka menggambar bunga, pemandangan, gunung, sawah. Aku lebih suka menggambar yang seperti kulihat di video game, mainan kesukaanku.
Selengkapnya...

Tuesday, September 28, 2010

tentang dia..

0 comments

Aku kembali melihat profile seseorang di salah satu situs jejaring pertemanan. Entah sudah berapa kali halaman ini kusinggahi. Tak pernah bosan. Sementara halaman itu menyajikan tulisan-tulisan yang belum berubah dan hampir dipastikan aku telah hapal di luar kepala, jendela lain di layar computerku berkedip-kedip menandakan ada sebuah panggilan untuk melakukan percakapan.

Nama yang sama. Orang yang sama pula.

Raya Kusuma.

Bukan seorang yang baru untukku. Orang yang sudah sangat lama kukenal.

Aku mengenal Raya pada saat kami duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di salah satu kota besar di pulau terpadat ini. Aku tidak pernah sekelas dengannya. Tetapi hampir dipastikan seluruh siswa di sekolah kami mengenal sosoknya. Raya memang seorang idola. Bukan hanya teman seangkatan kami yang berusaha mencuri perhatiannya. Kakak-kakak kelas kami pun tidak mau kalah bersaing dengan kami.

Selengkapnya...

Sesudah
 

My Blog List

Labels

Welcome

:: Isi Otak :: Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez